Videopembelajaran Agama Hindu Kelas XII semester 1.Semoga bermanfaat. Bagaimanamanfaat ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra dalam agama Hindu? Carilah dan atau buatlah artikel tentang ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra, selanjutnya diskusikanlah di kelas-mu! 1. Tantra: Kata tantra berasal dari bahasa Sanekerta yang memiliki makna "memperluas". Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan pendidikanagamahindu #fungsitantrayantradanmantra # cash. E-MODUL PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDHI PEKERTI YANTRA, TANTRA DAN MANTRA OLEH NI MADE MURNIASIH, NILUH ARI KUSUMAWATI KELAS XII SEMESTER I Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraBAB III YANTRA, TANTRA DAN MANTRA A. Ajaran Yantra, Tantra dan Mantra 1. Tantra Kata tantra berasal dari bahasa Sanekerta yang memiliki makna “memperluas”. Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkan kesaktian. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan tantra tantrisme’ adalah ajaran dalam agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. Mistik dapat dipahami sebagai eksistensi tertinggi kesadaran manusia, di mana ragam perbedaan “kulit” akan lenyap, eksistensi melebur ke dalam kesatuan mutlak hal ikhwal, nilai universalitas, alam kesejatian hidup, atau ketiadaan. Kesadaran tertinggi ini terletak di dalam batin atau rohaniah, mempengaruhi perilaku batiniah bawa seseorang, dan selanjutnya mewarnai pola pikirnya. Atau sebaliknya, pola pikir telah dijiwai oleh nilai mistikisme yakni eksistensi kesadaran batin. Meskipun demikian, eksistensi mistik yang sesungguhnya tidaklah berhenti pada perilaku batin bawa saja, lebih utama adalah perilaku jasad solah. Artinya, mistik bukanlah sekedar teori namun lebih ke arah manifestasi atau mempraktikkan perilaku batin ke dalam aktivitas hidup sehari-harinya dalam berhubungan dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Diantara kita tentu ada yang tidak ingin menjadi seorang agamis, yang hanya terpaku pada simbol-simbol agama berupa penampilan fisik, jenis pakaian, cara bicara, bahasa, gerak-gerik, bau minyak wanginya. Ada baiknya diantara kita menjadi seorang praktisi penghayat akan teori-teori agama sehingga tidak hanya pintar berbicara. Hal itu menjadi hak setiap orang untuk memilih, masing- masing tentu akan membawa dampak yang berbeda-beda. Damarjati Supadjar, mengemukakan bahwa ciri-ciri mistikisme adalah sebagai berikut Mistikisme adalah persoalan praktik; Secara keseluruhan, mistikisme adalah aktivitas spiritual; Jalan dan metode mistikisme adalah cinta kasih sayang; Mistikisme menghasilkan pengalaman psikologis yang nyata; dan Mistikisme sejati tidak mementingkan diri sendiri. Jika kita cermati dari kelima ciri mistikisme di atas dapat ditarik benang merah bahwa mistik berbeda dengan sikap klenik, gugon tuhon, bodoh, puritan, irasional. Sebaliknya mistik merupakan tindakan atau perbuatan yang adiluhung, penuh keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman spiritual. Yakni bentuk pengalaman- pengalaman halus, terjadi sinkronisasi antara logika rasio dengan logika batin. Pelaku mistik dapat memahami fenomena atau eksistensi di luar diri gaib sebagai kenyataan yang logis atau masuk akal. Sebab akal telah mendapatPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrainformasi secara runtut, juga memahami rumus-rumus yang terjadi di alam gaib. Subramuniyaswami, Satguru Úivaya 1997, mengatakan bahwa “Tantra adalah bagian dari çaktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu semesta. Dalam proses pemujaannya, para pemuja çakta’ tersebut menggunakan mantra, yantra, tantra, yoga, dan puja serta melibatkan kekuatan alam semesta dan membangkitkan kekuatan kundalini.” Disebut çaktiisme karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah çakti. Çakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. “Çakti is the symbol of bala or strength” Çakti adalah simbol dari bala atau kekuatan. Pada sisi lain çakti juga disamakan dengan energi atau kala ”this sakti or energi is also regarded as Kala’ or time” Das Gupta, 1955. Terdapat berbagai definisi Tantra yang berasal dari sudut pandang yang berbeda. Sayangnya diantara berbagai definisi itu tidak selalu konsisten antara yang satu dengan yang lainnya. Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada çakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau kegiatan rohani dari çakti dan Úiwa. Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Ajaran tantra mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada çakti Ibu semesta; Devi Durga, Devi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya, sebagai aspek Tuhan yang tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari kebodohan, dan mencapai pembebasan. Dengan demikian tantrisme lebih sering dinyatakan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk çakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati. Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu koheren, tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktek dan gagasan yang memiliki ciri utama penggunaan ritual, ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat duniawi, untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang bersifat rohani, serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur mikrokosmos dengan unsur makrokosmos. Praktisi tantra memanfaatkan prana energi semesta yang mengalir di seluruh alam semesta termasuk dalam badan manusia untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya. Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran seorang guru yang mahir untuk membimbing kemajuan siswa tantra Tantra dalam perkembangannya sering menggunakan simbol-simbol material termasuk simbol- simbol erotis. Tantra sering diidentikkan dengan ajaran kiri yang mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan makan daging. Padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan; mabuk-mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagaiPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrasadhana dasar pantangan dalam meniti jalan tantra. Konsep ini berpangkal pada percakapan Devi Parwati dengan Deva Siva yang menguraikan turunnya Devi Durga ke Bumi pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku. Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Mulai saat itulah pada mulanya muncul istilah candi candikaghra’ untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebut kalimosada kali-maha-usada’ yang artinya Devi Durga adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Menurut Maurice Winernitz, meskipun teks-teks kitab tantra tidak menunjukkan permusuhan secara nyata terhadap ayat-ayat atau ajaran Weda, namun menegaskan bahwa ajaran-ajaran Weda dianggap terlalu sulit untuk dipraktekkan oleh beberapa kalangan pengikut tantra. Karena alasan itulah, cara yang lebih mudah dan praktis diberikan dalam kitab kitab tantra. Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-prakteknya dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kuno itu telah hilang dan sebagian lagi tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga kerahasiaan tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi. Setidaknya terdapat 64 jenis kitab yang memuat ajaran Tantrayana, antara lain Maha nirwana tantra, Kularnawa tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya tantra, Tantrasara, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, praktek ajaran tantra dinyatakan selalu mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan seperti; prasasti, candi dan arca-arca yang bercorak tantrisme. Kebanyakan isi kitab-kitab tantra masih dirahasiakan dari arti yang sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Orang-orang Hindu, termasuk para sarjana besar pada umumnya tidak mendiskusikan Tantra. Berbeda dengan agama Hindu pada umumnya, sebagian dari tantra percaya kepada kenikmatan hidup material. Tidak seorangpun mengetahui secara tepat kapan ajaran tantra dimulai atau Maharsi siapa yang memulainya. Bukti menunjukkan bahwa tantrisme ada selama zaman Weda. Bahkan Sankara menyebut keberadaannya dalam bukunya Saundarya Lahari. Ada sekitar seratus delapan buku mengenai Tantra. Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Dalam Tantrisme, IstaDeva yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan saktinya Parwati. Tantra adalah satu sistem dari praktek-praktek yang dipergunakan untuk meningkatkan spiritual. Ajaran terbaik dari tantra adalah pengetahuan mengenai energi kundalini yang luas yang belum dimanfaatkan di dalam tubuh manusia. Tantra juga melakukan penelitian mengenai ilmu kimia, astrologi, astronomi, palmistry “ilmu meramal melalui rajah tangan”, cosmologiPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantra“ilmu tentang alam semesta, awal perkembangan dan akhirnya” bahkan teori atom. Mantra-mantra Hindu yang ada sampai saat ini banyak bernafaskan ajaran tantra. Yantra dan bentuk-bentuk geometris yang dihubungkan dengan mantra, juga merupakan ajaran yang sama pentingnya dari tantra untuk kemanusiaan. 2. Yantra Dalam kamus Sanskerta, kata Yantra memiliki arti mengikat, menyimpulkan sebuah peralatan, instrumen, mesin dan sebuah jimat Surada, 2007 257. Yantra umumnya berarti alat untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan. Sifat dasar dari manusia dan binatang, seperti halnya para Dewata yang diekspresikan melalui yantra. Yantra adalah garis-garis lurus, lengkung yang dipadukan yang merupakan basis dari energi alam semesta yang merupakan perwujudan Dewata Titib, 2003469-470. Selain itu yantra adalah suatu lukisan geometri dari tipe tertentu yang mempunyai makna serta mempunyai bentuk yang berbeda-beda sehingga pada masing-masing bentuk memiliki setruktur dan komposisi dari suatu Deva tertentu Tim Penyusun, 19876. Yantra merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dalam hal melakukan pemujaan serta persembahan kehadapan Tuhan. Yantra dilihat dari struktur memiliki bentuk yang beragam serta disusun sesuai dengan si penggunanya. Hal senada dijelaskan pula dalam kamus Jawa Kuno oleh L. Mardiwarsito dalam Wiana 2004189, kata yantra dinyatakan berasal dari bahasa sanskerta yang artinya sarana untuk memuja Deva, sedangkan dalam kamus Sanskerta-Indonesia, kata yantra diartikan harta kekayaan, bantuan, alat perlengkapan dan lain-lain. Yantra merupakan kebutuhan dasar untuk menggambarkan semua simbol-simbol, semua wujud suci, altar, pura dan mudra. Yantra dipergunakan dalam upacara pemujaan, Dewata dihadirkan dengan menggambar melalui yantra dan memanggil nama yang gaib. Yantra dapat diekspresikan ke dalam aspek internal dari setiap bentuk ciptaan. Sifat alami manusia dan binatang-binatang, seperti halnya Deva-Deva dapat diekspresikan melalui yantra Titib, 2003469. Yantra dapat berbentuk diagram, dilukis atau dipahatkan di atas logam, kertas atau benda-benda lain dan disucikan seperti menyucikan pratima, kemudian dilakukan pemujaan melalui sarana yantra tersebut, seperti pemujaan melalui pratima, arca patung, dan sebagainya. Mantra yang berbeda digunakan untuk melakukan pemujaan yang berbeda, demikian pula halnya dengan penggunaan yantra- yantra. Menurut Ensiklopedi Hindu, yantra merupakan simbol seperti banten atau alat-alat upacara Tim Penyusun, 2011619. Yantra adalah segala bentuk dan wujud sarana, alat atau instrumen yang dipergunakan oleh seseorang yang telah suci pribadi, pemangku, pendeta atauPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrasulinggih dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya. Selain itu, yantra lebih banyak mengejawantah ke dalam berbagai lambang-lambang atau simbol beserta peralatan, sarana dan prasarana ritual bersangkutan. Yantra adalah garis-garis lurus dan garis-garis lengkung yang dipadukan sedemikian rupa, yang merupakan basis dari energi dan alam semesta sebagai perwujudan dewata. “Yantra adalah wujudnya, mantra adalah jiwanya dan dewata adalah atma yang menghidupkannya. Perbedaan antara yantra dengan dewata adalah seperti halnya badan dan roh”. Yantra diyakini merupakan basis alami, atau kebenaran, indeogram daripadanya tulisan-tulisan muncul. Segala bentuk garis, titik, garis lurus, tanda tambah, lingkaran, segitiga dan sebagainya mengandung arti simbolis berhubungan dengan gerak alami. Hal ini dapat dikombinasikan lebih kompleks untuk menjadi gambaran kekuatan tertentu atau sifat wujud dalam beberapa aspek penciptaan. Tidak ada bentuk, tidak ada gerakan yang mungkin tidak direduksi melalui pertolongan yantra dengan analisis yang benar dan penggambaran kekuatan penciptaan dari alam semesta yang kita sebut sebagai yang suci. Yantra walaupun digambarkan di atas lembaran sebagai suatu yang menumbuhkan kesan bentuk tiga dimensi merupakan wujud dari yantra. Bentuk yantra tiga dimensi itu sendiri sebagai wujud bayangan yang statis dalam gerak, berkombinasi dengan kekuatan hidup yang menggambarkan Dewata tertentu. Yantra merupakan kebutuhan dasar untuk menggambarkan semua simbol-simbol, semua wujud suci, semua arca, semua bangunan suci, altar, pura dan mudra. Yantra digunakan dalam upacara pemujaan pada umumnya, dewata dihadirkan dengan menggambarkan melalui yantra dan memanggil nama yang gaib. Yantra dapat diekspresikan ke dalam aspek internal dari setiap bentuk ciptaan. Sifat alami manusia dan binatang-binatang, seperti halnya Deva-Deva dapat diekspresikan melalui yantra. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan. Sifat dasar manusia dan binatang, seperti halnya para dewata dapat diekspresikan melalui yantra. “di dunia ini terdapat yantra yang tidak terhitung jumlahnya. Setiap bentuk adalah yantra, setiap daun adalah yantra, setiap bunga adalah yantra, melalui bentuk, warna, bau harum, dan sebagainya, semua menjelaskan kepada kita cerita tentang penciptaan” Danielou. 1964. Yantra, umumnya berarti alat untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan, Yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Dalam Yogini Tantra dikatakan bahwa Devi harus dipuja di dalam pratima, mandala atau yantra. Pada tingkat tertentu, kemajuan spiritual sadhaka diperkenankan memusatkan baktinya melalui yantra. Siddha-yogi di dalam proses pemujaan internal yang dilakukannya antarpuja memulainya dengan melakukan pemujaan melalui yantra, yang merupakan perlambang dari Brahma-vijnana. Sebagaimana halnya mantra adalah lambang dari perwujudan dewata. Dinamakan yantra karena sarana itu juga mencegah timbulnya ni-yantrana nafsu, kemarahan, dan kekeruhan lain dari jiwa dan mencegah penderitaan yang diakibatkan oleh kekeruhan jiwa tersebut. Yantra biasanya berbentuk diagram,Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantradi lukis atau dipahatkan di atas logam, kertas atau benda-benda yang lain, dan disucikan seperti menyucikan pratima, kemudian dilakukan pemujaan melalui sarana yantra tersebut, seperti pemujaaan melalui pratima, arca patung dan sebagainya. Mantra yang berbeda digunakan untuk melakukan pemujaan yang berbeda, demikian pula halnya dengan penggunaan yantra-yantra itu. Terdapat berbagai jenis lukisan di dalam yantra, tergantung dari tujuan pemujaan Avalon, 1997 93. Demikian sehingga dalam waktu singkat makna yantra sebagai simbol sesuatu yang dikenakan oleh setiap pemakai dapat dirasakan hasilnya. 3. Mantra Kata mantra berasal dari bahasa Sanskerta dari kata “Man” artinya pikiran dan “Tra” artinya menyeberangkan. Mantra adalah media untuk menyeberangkan pikiran dari yang tidak suci atau tidak benar menjadi semakin suci dan semakin benar Wiana, 2004184. Mantra memiliki tujuan untuk melindungi pikiran dari jalan sesat menuju jalan yang benar dan suci. Menurut Danielou dalam Titib 2003437 bahasa yang benar yang merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut dengan mantra. Kata mantra berarti “bentuk pikiran”, sehingga seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra tersebut. Mantra adalah kumpulan dari pada kata-kata yang mempunyai arti mistik, serta umumnya berasal dari bahasa sanskerta dan dinamai Bijaksara Tim Penyusun, 19876. Mantra disusun dengan menggunakan aksara-aksara tertentu yang diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedangkan huruf-huruf itu sebagai perlambang dari bunyi tersebut. Mantra mempunyai getaran atau suara tersendiri sehingga untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan “suara” atau ritme, dan warna atau bunyi. Apabila mantra tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa lain, mantra itu tidak memiliki warna yang sama, sehingga terjemahannya hanya sekedar kalimat Avalon dalam Titib, 2003439. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, mantra adalah merupakan susunan kata yang berunsur puisi, seperti ritme dan irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Mantra sebagai sebuah pola gabungan kata-kata bahasa Weda yang diidentikkan dengan Deva atau Devi tertentu. Mantra digunakan dalam sadhana tantra atau berbagai ritual, diucapkan atau diulang-ulang dalam berbagai kombinasi atau konteks yang kemudian membuat pola vibrisi tertentu. Mantra-mantra yang ada sekarang adalah warisan dari para maharsi, orang suci, orang sadhu dan yogi yang telah mempraktikkan berbagai mantra selama ribuan tahun Chawdhri, 200397. Dalam pengucapan mantra, ada hal-hal yang perluPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantradicermati seperti susunan kata-kata, ritme/intonasi serta pengucapan yang tepat yang diikuti dengan suasana lingkungan yang baik sehingga akan menciptakan suatu kesucian. Mantra adalah sebuah kata-kata atau kalimat suci yang bersumber dari kitab suci weda khususnya dalam teks dharma pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa beserta dengan berbagai macam manifestasi-Nya pada saat pelaksanaan Panca Yajna dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu. Mantra adalah catur Weda yaitu Åg Veda, Yayur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda. Mantra merupakan bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata- kata yang dipandang mampu “menciptakan perubahan” seperti misalnya perubahan spiritual. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan atau cabang dari berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran. Mantra Aum atau Om dalam aksara Devanagari. Mantra merupakan sebuah kata atau kombinasi beberapa buah kata yang sangat kuat atau ampuh, yang didengar oleh orang bijak dan dapat membawa seseorang yang mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali, inilah yang merupakan arti mantra yang tertingi. Mantra adalah rumusan gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi bermacam-macam keinginan duniawi, tergantung dari motif pengucapan mantra tersebut. Mantra sebagai sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual atau keinginan material, yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan ataupun penghancuran diri seseorang. Mantra seperti energi atom yakni suatu tenaga yang bertindak sesuai dengan rasa bakti seseorang yang mempergunakannya. Sabda adalah Brahman, karena itu Ia menjadi penyebab Brāhmanda Svami Rama 1984 24. Khanna 2003 21 menyatakan hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan perwujudan pikiran’ yang merepresentasikan keillahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara. Mantra juga dikenal masyarakat Indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu “maksud baik maupun maksud kurang baik”. Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah-daerah tertentu menggunakan bahasa daerah masing-masing. Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah, atau capak baruak. Sampai saat ini mantra masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama “kepercayaan animisme dan dinamisme”, Melayu, bahasa Arab sebagaimana pengaruh Islam dan bahasa Sanskerta sebagai wujud dari pengaruh Hindu Budha Djamaris E. 2001. Sebagian masyarakat tradisional khususnya di Nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa sangat efektif bagi para penggunanya. Selain merupakan salahPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrasatu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang berirama memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi afirmasi, pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri. Sedangkan Prapancha Sara menyatakan bahwa “Brāhmanda diresapi oleh sakti, yang terdiri atas Dhvani, yang juga disebut Nada, Prana, dan sebagainya”. Manifestasi dari Sabda menjadi wujud kasar Sthūla itu tidak bisa terjadi terkecuali Sabda itu ada dalam wujud halus Suksma. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa Mantra merupakan aspek dari Brahman dan seluruh manfestasi Kulakundalini. Secara filosofis sabda itu adalah guna dari akasa atau ruang eternal. Tetapi sabda itu bukan produksi akasa. Sabda memanifestasikan diri di dalam akasa. Sabda itu adalah Brahman, seperti halnya di antariksa, gelombang bunyi dihasilkan oleh gerakan-gerakan udara Vāyu; karena itu di dalam rongga jiwa atau di rongga tubuh yang menyelubungi jiwa, gelombang bunyi dihasilkan sesuai dengan gerakan-gerakan Praṇa vāyu dan proses menarik napas dan mengeluarkan napas. Mantra disusun dengan menggunakan akṣara-akṣara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedangkan huruf- huruf itu sebagai perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan svara ritme’ dan varna bunyi’. Huruf-huruf penyusunannya pada dasarnya ialah mantra sastra, karena itu dikatakan sebagai perwujudan Śastra dan Tantra. Mantra adalah Paramātma., Weda sebagai Jivātma, Dharsana sebagai indriya, Puraṇa sebagai jasad, dan Smṛti sebagai anggota. Karena itu Tantra merupakan Śākti dan kesadaran, yang terdiri atas mantra. Mantra tidak sama dengan doa-doa atau kata-kata untuk menasehati diri Ātmanivedana’. Dalam Nitya Tantra, disebutkan berbagai nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda. Mantra tiga suku kata disebut Kartari, yang terdiri dari empat suku kata sampai sembilan suku kata disebut Vija Mantra, sepuluh sampai duapuluh suku kata disebut Mantra, dan yang terdiri lebih dari duapuluh suku kata disebut Mālā. Tetapi istilah Vija juga diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal. Dalam melaksanakan Tri Sandhya, sembahyang dan berdoa setiap umat Hindu sepatutnya menggunakan mantram, namun bila tidak memahami makna mantram, maka sebaiknya menggunakan bahasa hati atau bahasa ibu, bahasa yang paling dipahami oleh seseorang yang dalam tradisi Bali disebut “Sehe” atau “ujuk- ujuk” dalam bahasa Jawa. Penggunaan mantram sangat diperlukan dalam sembahyang. Mantram memiliki makna sebagai alat untuk mengikatkan pikiran kepada obyek yang dipuja. Pernyataan ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mampu mengucapkan mantram sebanyak-banyaknya, melainkan ada mantra-Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantramantra yang merupakan ciri atau identitas seseorang penganut Hindu yang taat, yakni setiap umat Hindu paling tidak mampu mengucapkan mantra sembahyang Tri Sandhya, Kramaning Sembah dan doa-doa tertentu, misalnya mantram sebelum makan, sebelum bepergian, mohon kesembuhan dan lain-lain. Umumnya umat Hindu di seluruh dunia mengenal Gayatri mantram, mantram-mantram subhasita yang memberikan rasa bahagia dan kegembiraan’ termasuk mahamrtyunjaya doa kesembuhan/mengatasi kematian’, sanyipatha mohon ketengan dan kedamaian’ dan lain-lain. Mantram pada umumnya adalah untuk menyebutkan syair-syair yang merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan sruti. Dalam pengertian ini yang termasuk mantram adalah seluruh syair dalam kitab kitab Samhita Ågveda, Yajurveda, Samaveda, Atharvaveda, Brahmana Sathapatha, Gopatha dan lain-lain, Aranyaka Taittiriya, Brhadaranyaka, dan lain-lain dan seluruh Upanisad Chandogya, Isa, Kena, dan lain-lain. Di samping pengertian mantram seperti tersebut di atas, syair-syair untuk pemujaan yang tidak diambil dari kitab Sruti, sebagian diambil dari kitab-kitab Itihasa, Purana, kitab-kitab Agama dan Tantra juga disebut mantra, termasuk pula mantram para Pandita Hindu di Bali. Mantram mantram ini digolongkan ke dalam kelompok stuti, stava, stotra dan puja. Selanjutnya yang dimaksud dengan sutra adalah kalimat-kalimat singkat yang mengandung makna yang dalam seperti kitab Yogasutra oleh Maharsi Patanjali, Brahmasutra oleh Badarayana dan lain-lain, sedangkan syair syair yang dipakai dalam kitab-kitab Itihasa dan Purana, termasuk seluruh kitab-kitab sastra agama setelah kitab- kitab Itihasa dan Purana disebut dengan nama Sloka. Demikian makna mantra yang disebut-sebut sebagai bagian dari ajaran agama Hindu yang bersifat magis dapat dipahami oleh umat sedharma. B. Fungsi dan Manfaat Tantra, Yantra dan Mantra yang digunakan dalam Praktik Kehidupan sesuai Ajaran Agama Hindu 1. Tantra Menurut ajaran tantra disebutkan ada tiga urat saraf manusia yang paling penting, yaitu; Sushumna, Ida dan Pinggala. Keberadaannya dimulai dari muladhara chakra, yang bertempat didasar tulang belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf atau nadi. Urat saraf atau nadi manusia tidak kelihatan secara kasat mata karena bersifat sangat halus. Ia bergerak melalui jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik paling atas dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari saraf tulang belakang. Ida dan Pinggala bertemu dengan sushumna di ajna chakra, titik yang terletak diantara alis mata. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri dan kanan hidung Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total. Ia adalah agama dan juga filosofi, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun Buddhisme. Definisi tantra dijelaskan dalam kalimat ini; shasanat tarayet yastu sah shastrahPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantraparikirtitah, yang berarti” yang menyediakan petunjuk jelas memotong dan oleh karena itu menuntun ke jalan pembebasan spiritual dan pengikutnya disebut sastra.” Akar kata ”trae” diikuti oleh saffix “da” menjadi “tra” yang berarti “yang membebaskan”. Kita melihat penggunaan yang sama dari akar kata “tra” di dalam kata mantra. Definisi mantra adalah mamanat tarayet yastu sah mantrah parikirtitah” Suatu proses yang ketika diulang-ulang terus menerus di dalam pikiran, membawa pembebasan, disebut mantra. Beberapa sarjana mencoba membagi tantra menjadi dua bagian utama, yaitu “jalan kanan” dan “jalan kiri”. Bernet Kemper berpendapat, tantra “jalan kanan” menghindari praktek ekstrem, mencari-cari pengertian yang mendalam, dan pembebasan melalui asceticism harus dibedakan dari “jalan kiri” black magic dan ilmu sihir. Ia kemudian menegaskan, di dalam “jalan kanan”, bakti atau penyerahan diri memegang peranan yang sangat penting. Lebih dari itu, bakti cenderung menolak dunia material. Sedangkan “jalan kiri” mempunyai kecendrungan yang sangat berbeda. Ia berusaha keras untuk menguasai aspek-aspek kehidupan yang menggangu dan mengerikan seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut eksistensi dari kekuatan keraksasaan demonic “jalan kiri” membuat kontak langsung di tempat-tempat yang mengerikan seperti di pekuburan. Pandangan kalangan akademis ini sangat berbeda dengan pandangan dari praktisi tantra. Para praktisi tantra pada umumnya menolak pembagian tantra atas tantra positif dan negatif dan menekankan pada metode untuk mentransformasikan keinginan. Lama Thubten Yeshe, seorang praktisi Tibetan mengatakan tantra menggunakan energi dari khayalan seperti keterikatan kepada keinginan adalah sumber dari penderitaan dan oleh karena itu harus di atasi namun ia juga mengajarkan keahlian untuk menggunakan energi dari khayalan tersebut untuk memperdalam kesadaran kita hingga menghasilkan kemajuan spiritual. Seperti mereka yang dengan keahliannya mampu mengangkat racun tumbuh-tumbuhan dan menjadikan obat yang mujarab, seperti itu pula seorang yang ahli dan terlatih dalam praktek tantra, mampu memanipulasi energi keinginan bahkan kemarahan menjadi mapan. Ini sungguh-sungguh sangat mungkin dilakukan. Dalam arti tertentu tantra merupakan suatu teknik untuk mempercepat pencapaian tujuan agama atau realisi sang diri dengan menggunakan berbagai medium seperti mantra, yantra, mudra, mandala pemujaan terhadap berbagai Deva Devi termasuk pemujaan kepada makhluk setengah Deva dan mahluk-mahluk lain, meditasi dan berbagai cara pemujaan, serta praktek yoga yang kadang-kadang dihubungkan dengan hubungan seksual. Elemen-elemen tersebut terdapat dalam tantra Hindu maupun Buddha. Kesamaan teologi ini menjadi faktor penting yang memungkinkan tantra menjadi salah satu medium penyatuan antara Siwaisme dan Buddhisme di Indonesia. Hubungan seks dalam tantra, seperti diperkirakan oleh Dasgupta; merupakan penyimpangan dari konsep awal tantra. Konsep awal tantra meliputi elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas, yakni; mantra, yantra, mudra dan yoga. Penyimpanan tersebut terjadi karena penggunaan “alat-alatPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrapraktis” dalam tantra Buddha yang berdasarkan prinsip-prinsip Mahayana dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan tertinggi baik tantra Hindu maupun Buddha, adalah tercapainya keadaan sempurna dengan penyatuan antara dua praktek serta merealisasikan sifat non dualis dari realitas tertinggi. Sarkar menyatakan hubungan seksual dalam tantra lebih diarahkan untuk mengontrol kekuatan alam dan bukan untuk mencapai kebebasan. Ia mengatakan secara umum tradisi Indonesia membagi tujuan hidup manusia menjadi dua; pragmatis dan idealistis. Mengontrol kekuatan alam adalah salah satu tujuan pragmatis. Hal ini biasanya dilakukan oleh raja yang mempraktikkan sistem kalacakrayana dalam usaha melindungi rakyatnya, memberikan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian. Di Indonesia dikenal ada tiga jenis tantra yaitu; Bhairava Heruka di Padang Lawas, Sumatra Barat; Bhairava kalacakra yang dipraktikkan oleh raja ketanegara dari Singasari dan Adtityawarman dari Sumatra yang sezaman dengan Gajah Mada di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali. Arca Bharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu, Gianyar Bali. Menurut prasasti Palembang, Tantrayana masuk ke Indonesia melalui kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada adab ke-7. Kalacakratantra memegang peranan penting dalam unifikasi siwaisme dan buddhaisme, karena dalam tantra ini Siwa dan Buddha, diunifikasikan menjadi siwa-buddha. Konsep Ardhanariswari memegang peranan yang sangat penting dalam Kalacakratantra. Kalacakratantra mencoba menjelaskan penciptaan dan kekuatan alam dengan penyatuan Devi Kali yang mengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai sebutan dalam sekta tantra yang lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava, Yamari, Candama harosama dan berbagai bentuk Heruka. Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk merealisaikan kebenaran tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni keagamaan. Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Ini adalah suatu cara, dengan mana kebenaran religious ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana untuk beberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidak terbatas hanya untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religius sebagai alat pikiran yang ditransformasikan dan di sucikan. Masab siwa- buddha dengan pengaruh khusus Kalacakratantra dapat dilihat pada peninggalan- peninggalan arkeologi seperti di Candi Jawi. Prapanca dalam Nagarakertagama Bab 56 ayat 1 dan 2 melukiskan monumen ini dengan sangat indah. Bagian bawah candi yaitu bagian dasar dan bagian badan candi adalah Siwaitis dan bagian atas atau atap, adalah buddhistis, sebab di dalam kamar terdapat arca Siva dan diatasnya di langit-langit terdapat sebuah arca Aksobhya. Inilah alasannya mengapa Candi Jawi sangat tinggi dan oleh karena itu disebut sebuah Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraDalam tantra Hindu prinsip metafisik Siwa-Shakti dimanifestasikan di dunia material ini dalam wujud laki dan perempuan sedangkan dalam tantra Buddha pola sejenis diikuti dimana prinsip-prinsip metaffisik Prajna dan Upaya termanifestasikan dalam wujud perempuan dan laki-laki. Tujuan tertinggi dari kedua masab tantra ini adalah penyatuan sempurna yaitu penyatuan antara dua aspek dari realitas dan realisasi dari sifat-sirat non-dualis dari roh dan non-roh. 2. Yanta Fungsi dan manfaat Yantra, dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja. b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya. c. Media memusatkan pikiran. Yantra adalah bentuk “niyasa” symbol, pengganti yang sebenarnya yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. Setiap yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada yantra tersebut mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda sehingga bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern. Yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau seperti sebuah perhiasan tertentu. Bentuk yantra sudah disesuaikan dengan kebutuhan si pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini, banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu, maka antara energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya. 3. Mantra Berdasarkan sumbernya “weda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Puraṇik mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Śāttvika mantra mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, Rājasika mantra mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu, Tāmasika mantra mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam. Disamping itu mantra juga dapat diklasifikasikan menjadi sebutan antara lain Mantra yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru Mantra Diksa; Stotra doa-doa kepada para dewata, Stotra ada yang bersifatPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantraumum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya; Kāvaca Mantra mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. Umat Hindu percaya bahwa kehidupan ini diliputi dan diresapi oleh mantra. Semua mahluk, apakah seorang petani atau seorang Raja, semuanya diatur oleh mantra. Adapun arti dan makna sebuah mantra adalah utuk mengembangkan sebuah kekuatan supranpada diri manusia; “Pikiran yang luar biasa dapat muncul dari kelahiran, obat-obatan, mantra-mantra, pertapaan dan kontemplasi keDewataan Yoga Sutra Berdasarkan hal tersebut, maka mantra adalah ucapan yang luar biasa yang dapat mengikat pikiran. Adapun makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut a Untuk mencapai kebebasan; b Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa; c Memuja para dewata dan roh-roh; d Berkomunikasi dengan para Deva; e Memperoleh tenaga dari manusia super Purusottama; f Menyampaikan persembahan kepada roh leluhur dan para dewata g Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu; h Mencegah pengaruh negatif; i Mengusir roh-roh jahat; j Mengobati penyakit; k Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan air suci; l Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia; m Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia; n Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat; p Menyucikan badan manusia Majumar, 1952, 606. Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitabPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrasuci weda’ b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. c. Memohon keselamatan. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci menjadi kewajiban umat sedharma. Keselamatan dalam hidup ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam keadaan selamat kita dapat melaksanakan pengabdian hidup ini menjadi lebih baik. Tuhan Yang Maha Esa , pengasih dan penyayang selalu menganugerahkan pertolongan kepada orang-orang-Nya. Orang orang yang bijaksana sesudah kematiannya memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang sejati. d. Memohon Pencerahan dan kebijakan. Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, seperti Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami; Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini; Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan Adyatmika Mantra. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketazaman pikiran dan indra. e. Melestarikan ajaran “Dharma”. Sumber ajaran agama Hindu adalah Weda. Weda adalah wahyu Tuhan yang diterima oleh para maharsi baik secara langsung, maupun berdasarkan ingatannya. Diyakini bahwa pada awalnya weda diajarkan secara lisan, hal ini memungkinkan karena pada saat itu manusia masih mempolakan dirinya secara sederhana dan polos. Setelah kebudayaan manusia semakin berkembang, peralatan tulis-menulis telah ditemukan maka berbagai jenis mantra yang sudah ada dan yang baru diterima dituliskan secara baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkanPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantradisebut Dhvanyātma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari pikiran melalui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata- kata yang diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan, kemampuan serta motif pelaksana. C. Bentuk-Bentuk Yantra, Tantra dan Mantra yang digunakan dalam Praktik Kehidupan sesuai Ajaran Agama Hindu 1. Tantra Tantra adalah konsep pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit kesaktian. Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun Buddhisme. Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dari arti sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Ada baiknya diantara kita mulai belajar mendiskusikan ajaran tantra berlandaskan makna ajaran tersebut yang sesungguhnya, dengan demikian kita akan dapat mengetahui dan melaksanakan dengan bentuknya yang baik dan benar. Secara umum dapat dinyatakan bahwa yantra dan mantra adalah bentuk bentuk ajaran tantra yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pengikutnya guna memuja kebesaran Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua yang ada ini. Namun demikian pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan pelaksananya, sehingga mereka dapat terhindar dari sesuatu yang tidak kita inginkan Bersama. 2. Yantra Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra adalah sebuah bentuk geometrik. Bentuk yantra yang paling sederhana adalah sebuah titik Bindu atau segitiga terbalik. Disamping ada bentuk yantra yang sederhana, ada juga bentuknya yang sangat rumit simetris dan non-simetris yang semuanya itu dapat disebut Yantra. Semua bentuk-bentuk ini didasarkan atas bentuk-bentuk matematika dan metode-metode tertentu. Yantra tersebut dipergunakan untuk melambangkan para Deva seperti Siwa, Wishnu, Ganesha, dan yang lainnya termasuk Sakti. Keadaan Mantra dan Yantra adalah saling terkait. Pikiran dinyatakan dalam bentuk halus sebagai satu Mantra dan pikiran yang sama dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai sebuah Yantra. Dinyatakan terdapat lebih dari sembilan ratus Yantra. Salah satu dari Yantra yang terpenting adalah Sri Yantra, atau Navayoni Chakra, melambangkan Siwa dan Sakti. Yantra itu dapat dicermati dari berbagai praktik aliran atau pengikut Sakti. Adapun bentuk-bentuk yantra yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah; 1. Banten Banten adalah salah satu bentuk Yantra, sebagaimana dinyatakan dalamPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraLontar Yadnya Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian dalam dan universal. Banten dalam upacara agama Hindu adalah wujudnya sangat lokal, namun di dalamnya terkandung nilai-nilai yang universal. Banten itu adalah bahasa untuk menjelaskan ajaran agama Hindu dalam bentuk simbol. Banten menurut Lontar Yadnya Prakerti menyatakan sebagai simbol ekspresi diri manusia. Misalnya; banten caru sebagai lambang penetralisir kekuaan negatif, banten peras sebagai lambang permohonan untuk hidup sukses dengan menguatkan Tri Guna Peras Ngarania Prasidha Tri Guna Sakti’ artinya hidup sukses itu dengan memproporsikan dan memposisikan dengan tepat dinamika Tri Guna Sattwam Rajas Tamas sampai mencapai Sakti. 2. Susastra Dalam tradisi Hindu, yantra umumnya digunakan untuk melakukan upakara puja dengan mengikut sertakan bija mantra sesuai yantra tersebut. Banyaknya jenis puja dan setiap puja menggunakan yantra maka penggunaan mantra juga menjadi berbeda. Adapun bentuk-bentuk yantra dalam kesusastraan Hindu antara lain a. Bhu Pristha yantra; adalah yantra yang biasanya dibuat secara timbul atau dipahat pada suatu bahan tertentu. Bhu Pristha yantra biasanya hanya ditulis pada selembar kertas atau kain. b. Meru Pristha yantra; adalah yantra yang berbentuk seperti gunung atau piramid dimana di bagian dasar penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas semakin mengecil misalnya bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di Bali. c. Meru parastar yantra; adalah bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra tersebut atau dipotong bagian tertentu. d. Ruram Pristha yantra; adalah yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi empat dan diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau seperti pundak kura-kura. e. Patala yantra adalah yantra yang dibagian diatasnya bentuknya lebih besaran dari pada bentuk bagian bawahnya kecil’. Bentuk ini kebalikan dari meru Pristha yantra Setiap Yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada Yantra tersebut akan mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda. Bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern sehingga yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau sebuah perhiasan belaka, tetapi disesuaikan dengan makna dan ciri yantra serta kebutuhan si pemakainya. Sesuai perkembangan zaman sekarang banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalanya dalam bentuk kalung, gelang dan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantramemang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya, dengan kedekatan itu maka energi yang ada dalam yantra dan energi pemakai menjadi saling menyesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya sehingga dalam waktu singkat fungsi yantra yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya atau hasilnya. Siwa lingga adalah bagian dari Tantrisme. Devasa ini hampir di semua tempat suci Pura seseorang dapat melihat Siwalingga yang diwujudkan dengan lingga – yoni. Menurut Siwa Purana, itu melambangkan ruang di mana alam semesta menciptakan dan melenyapkan dirinya berulang-kali. Sedangkan menurut Tantra mewujudkannya dengan phalus dan yoni sebagai perlambang dari sifat laki- laki dan wanita. Ia juga melambangkan prinsip-prinsip kreatif dari kehidupan. Siwalingga bisa bersifat Chala bergerak atau Achala tidak bergerak. Chala Lingga dapat ditempatkan di Pura atau rumah atau dapat dibuat secara sementara dari tanah liat atau adonan atau nasi. Achala Lingga biasanya ditempatkan di Pura, terbuat dari batu. Bagian terbawah dari Siwalingga disebut Brahmabhaga yang melambangkan Brahma, bagian tengah yang berbentuk segi delapan disebut Wishnubhaga yang melambangkan Wishnu, dan bagian menonjol yang berbentuk silinder disebut Rudrabhaga, serta pemujaan kepadanya disebut Pujabhaga. Mandala artinya “lingkaran.” Ia sesungguhnya bentuk Yantra yang paling rumit. Ia berwujud dalam segala bentuk dan sifatnya sangat artisitik. Dalam agama Hindu, mandala digunakan sebagai alat bantu meditasi. Keindahan dari tempat-tempat suci Pura Hindu terletak dalam jumlah mandala yang dipahat di batu-batu di dinding Pura. Sebuah mandala terdiri dari satu pusat titik, garis garis dan lingkaran-lingkaran yang diletakkan secara geometrik di sekeliling lingkaran. Pusatnya biasanya adalah sebuah titik Bindu. Kita juga dapat melihat mandala di Wihara Buddha. Dibalik setiap mandala terdapat sejumlah besar pikiran-pikiran. Kadang kadang melihat sebuah mandala sepertinya kita melihat melalui sebuah kaleidoskop. Sri Chakra adalah satu dari yantra yang paling kuat dalam ajaran agama Hindu, yang biasanya digunakan oleh penganut sakti Devi ibu, dalam pemujaan- Nya. Sri Chakra adalah simbol dari Lalitha aspek dari Ibu Suci. Ia terdiri dari sebuah titik Bindu pada pusatnya, yang dikelilingi oleh sembilan Trikona, lima dari padanya dengan puncak menghadap ke bawah dan empat yang lain menghadap ke atas. Interseksi atau persinggungan dari sembilan segitiga ini menghasilkan empat puluh tiga segitiga secara total. Ini dikelilingi oleh lingkaran konsentris dari delapan daun bunga teratai dan juga oleh tiga lingkaran konsentris. Akhirnya pada sisi paling luar, ada sebuah segi empatPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraChaturasra yang dibuat dari tiga garis, garis yang satu ada di dalam garis yang lain, membuka ditengah-tengahnya masing-masing sisi sebagai empat gerbang. Mandala dalam konsep agama Hindu adalah gambaran dari alam semesta. Secara harafiah mandala berarti “lingkaran.” Mandala ini terkait dengan kosmologi India kuno yang berpusatkan Gunung Mahameru, sebuah gunung yang diyakini sebagai pusat alam semesta. Di dalam Tantrayana mandala juga menggambarkan alam kediaman para makhluk suci, yang sangat penting bagi ritual atau sadhana Tantra. Saat berlangsungnya sadhana, sadhaka akan menyusun ulang mandala ini baik secara nyata ataupun visualisasi. Sesungguhnya semua orang diantara kita setiap hari telah menyusun mandalanya masing-masing. Mandala adalah melambangkan cakupan karya dan medan pemikiran seseorang. Menurut ajaran Vajrayana, mandala hendaknya disusun secara cermat. Ini menandakan bahwa dalam berkarya seseorang hendaknya cermat dan melakukan yang sebaik-baiknya. 3. Mantra Maha Rsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum yang digambarkan sebagai orang yang pertama memperoleh mantra. Beliau mengajarkan mantra itu kepada umat manusia dengan menjelaskan hubungan antara mantra dengan objeknya. Demikianlah mantra merupakan bahasa ciptaan yang pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam bentuk yang sangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang tidak dapat dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama diajarka oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh makna. Bahasa Sanskerta diyakini sebagai bahasa yang langsung barasal dari bahasa yang pertama, sedang bahasa-bahasa lainnya dianggap perkembangan dari bahasa Sanskerta Majumdar, 1916, Sebagai asal dari bahasa yang benar, merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut mantra. Kata mantra berarti “bentuk pikiran”. Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra itu Danielou, 1964, 334. Bentuk abstrak yang dimanifestasikan itu berasal dan diidentikkan dengan para Deva dewata. Mantra merupakan sifat alami dari Deva-Deva dan tidak dapat dipisahkan keduanya itu. Kekuasaan para Deva merupakan satu kesatuan dengan nama-Nya. Aksara suci dan mantra, yang menjadi kendaraan gaib para deva dapat menghubungkan penyembah dengan dewata yang dipuja. Dengan mantra yang memadai mahluk-mahluk halus dapat dimohon kehadirannya. Mantra, oleh karenanya merupakan kunci yang penting dalam aktivitas ritual dari semua agama dan juga digunakan dalam aktivitas bentuk-bentuk magis. Pustaka Yamala Tantra menjelaskan sebagai berikut;Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantra“sesungguhnya, tubuh dewata muncul dari mantra atau bizamantra”. Masing- masing dewata digambarkan dengan sebuah mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang misterius. Arca dapat disucikan dengan mantra dan arca tersebut menjadi hidup’. Demikianlah kekuatan sebuah mantra yang menghadirkan dewata dan masuk ke dalam arca. Sebagai benang penghubung dunia yang berbeda, jembatan dari yang berbeda, mantra-mantra adalah instrume, melalui mantra itu dapat dicapai sesuatu diluar kemampuan persepsi seseorang. “Sebuah mantra; dinamakan demikian karena membimbing pikiran manana dan hal itu merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan perlindungan trana dari perpindahan jiwa, dapat dicapai” Pingala Tantra “Disebut sebagai sebuah mantra karena pikiran terlindungi” Mantra Maharnava, dikutip oleh Devaraja Vidya Vacaspati. Persepsi yang pertama tentang sebuah mantra selalu ditandai sebagai hubungan langsung antara umat manusia dengan Deva. Mantra, diperoleh pertama kali oleh seorang rsi. “Karenanya seorang rsi adalah yang pertama merapalkan mantra” Sarvanukramani. Selanjutnya mantra ditegaskan dengan karakter matrik irama dihubungkan dengan karakter garis-garis lurus berkaitan denga yantra; kenyataannya ini merujuk kepada sesuatu yang dimiliki oleh mantra. Mantra menggambarkan dewata tertentu yang dipuja dan dipuji; “mantra itu membicarakan dewata” Sarvanukramani. Selanjutnya pula, seseorang melakukan tindakan dan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan mantra itu. Unsur-unsur bunyi digunakan dalam semua bahasa untuk membentuk “ucapan suku kata” atau varna-varna yang dibatasi oleh kemampuan alat alat wicara manusia kecerdasan membedakannya melalui pendengaran. Unsur-unsur ini adalah umum dalam setiap bahasa, walaupun umumnya bahasa-bahasa itu adalah sebuah bagian dari padanya. Unsur-unsur bunyi dari bahasa sifatnya sungguh-sungguh permanent, bebas dari evolusi atau perkembangan bahasa, dan dapat diucapkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dan abadi. Kitab-kitab Tantra melengkapi hal itu sebagai eksistensi yang bebas dan digambarkan sebagai yang hidup, kekuatan kesadaran bunyi, disamakan dengan Deva-Deva. Kekuatan dasar dari bunyi mantra berhubungan dengan semua lingkungan dari manifestasinya. Setiap bentuk dijangkau oleh pikiran dan indra yang seimbang dengan pola-pola bunyi sebagai sebuah sebutan yang alami. Dasar mantra satu suku kata disebuat sebagai bizamantra atau vizamantra benih atau bentuk dasar dari pikiran Danielou, 1964 335. Mantra disusun dengan menggunakan aksara-aksara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedang huruf-huruf itu sebagai perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan svara” atau ritme, dan varna atau bunyi. Mantra mempunyai getaran atau suara tersendiri, karena itu apabila diterjemahkan ke dalam bahasa lain, mantra itu tidak memiliki warna yangPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrasama, sehingga terjemahannya itu hanya sekedar kalimat Avalon, 1997 85. Mantra itu mungkin jelas dan mungkin pula tidak jelas artinya. Vijra vijaksara mantra seperti misalnya Aim, Klim, Hrim, tidak mempunyai arti dalam bahasa sehari-hari. Tetapi mereka yang sudah menerima inisiasi mantra mengetahui bahwa artinya itu terkandung dalam perwujudnnya itu sendiri svarupa yang adalah perwujudan dewata yang sedemikian itulah mantra-Nya, dan bahwa vija mantra itu adalah dhvani yang menjadikan semua aksara memiliki bunyi dan selalu hadir di dalam apa yang diucapkan dan yang didengar, karena itu setiap mantra merupakan perwujudan rupa dari Brahman. Dari manana atau berpikir didapatkan pengertian terhadap kesejatian yang bersifat Esa, bahwa substansi Brahman dan Brahmanda itu satu dari man yang sama, dan mantra datang dari suku pertama manana, sedangkan tra berawal dari trana, atau pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini. Dari kombinasi man dan tra itulah disebut mantra yang dapat memanggil datang matrana catur varga atau empat tujuan dari mahluk-mahluk luhur. Mantra adalah daya kekuatan yang mendorong, ucapan berkekuatan yang buah dari padanya disebut mantra siddhi dan karena itu sangat efektif untuk menghasilkan catur varga, persepsi kesejatian tunggal, dan mukti. Karena itu dikatakan bahwa siddhi merupakan hasil yang pasti dari Japa. Dengan mantra dewata itu dicapai Sadhya. Dengan siddhi yang terkandung di dalam mantra itu terbukalah visi tri bhuvana. Tujuan dari suatu puja pemujaan, patha pembacaan, stava himne, homa pengorbanan, dhyana kontemplasi dan dharana konsentrasi serta Samadhi adalah sama. Namun yang terakhir yaitu diksa mantra, sadhana sakti bekerja bersama- sama dengan mantra. Sakti yang memiliki daya revelasi dan api dengan demikian lalu memiliki kekuatan yang luar biasa. Mantra khusus yang diterima ketika diinisiasi diksa adalah vija mantra, yang ditabur di dalam tanah nurani seorang sadhaka. Terkait dengan ajaran tantra seperti sandhya, nyasa, puja dan sebagainya merupakan pohon dari cabang-cabang, daun-daunnya ialah sruti, vandana bunganya, sedangkan kavaca terdiri atas mantra adalah buahnya Avalon, 1997 86. Nitya Tantra menyebutkan berbagai sebutan terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda, tiga suku kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri dari empat sampai sembilan suku kata disebut Vija mantra. Sepuluh sampai dua puluh disebut mantra, dan mantra yang terdiri lebih dari 20 suku kata disebut Mala. Tetapi biasanya istilah Vija diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal. Mantra-mantra Tantrika disebut Vija mantra, disebut demikian karena mantra-mantra itu merupakan biji dari buah yang tidak lain adalah sidhhi, dan mantra-mantra Tantrika itu adalah saripatinya mantra. Mantra- mantra Tantrika pada umumnya pendek, tidak dapat dikupas lagi secara etimologi, seperti misalnya Hrim, Srm, Krim, Hum, Am, Phat dan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraSetiap dewata memiliki vija. Mantram primer satu dewata disebut mula mantra. Kata mula berarti jasad super halus dari dewata yang disebut Kamakala. Mengucapkan mantra dengan tidak mengetahui artinya atau mengucapkan tanpa metode tidak lebih dari sekedar gerakan-gerakan bibir. Matra itu tidur. Beberapa proses harus dilakukan sebelum mantra itu diucapkan secara benar, dan proses-proses itu kembali menggunakan mantra- mantra, seperti usaha penyucian mulut mukhasodhana’, penyucian lidah jihvasodhana’, dan penyucian terhadap mantra-mantra itu sendiri asaucabhanga’, kulluka, nirvana, setu, nidrabhanga menbangunkan mantra’, mantra chaitanya atau memberi daya hidup kepada mantra dan mantrarthabhavana, yaitu membentuk bayangan mental terhadap dewata yang menyatu di dalam mantra itu. Terdapat 10 samskara terhadap mantra itu. Mantra tentang dewata adalah dewata itu sendiri. Getaran-getaran ritmis dari bunyi yang dikandung oleh mantra itu bukan sekedar bertujuan mengatur getaran yang tidak teratur dari kosakata seorang pemuja, tetapi lebih jauh lagi dari irama mantra itu muncul perwujudan dewata, demikianlah kesejatiannya. Mantra sisshi ialah kemampuan untuk membuat mantra itu menjadi efektif dan mengasilkan buah, dalam hal itu mantra itu disebut siddha Avalon. 1997 87. Berikut ini adalah beberapa mantra yang dikutip dari buku Doa sehar- hari menurut Hindu, dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh umat sedharma, sebagai berikut Doa, bangun pagi Om jagrasca prabhata kalasca ya namah swaha. Terjemahan Oh Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, bahwa hamba telah bangun pagi dalam keadaan selamat. Doa, membersihkan diri mandi Om gangga amrtha sarira sudhamam swaha, Om sarira parisudhamam swaha. Terjemahan Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci. Doa, di waktu akan menikmati makanan Om Ang Kang kasolkaya ica na ya namah swaha, swasti swasti sarwa Deva bhuta pradhana purusa sang yoga ya namah Terjemahan Oh Hyang Widhi yang bergelar Icana bergerak cepat para Deva bhutam, dan unsur Pradhana Purusa, para Yogi, semoga senang berkumpul menikmati makanan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraDoa, memohon bimbingan Om asato ma sadyamaya tamaso ma jyoti gamaya mrtyor ma amrtam gamaya, Om agne brahma grbhniswa dharrunama syanta riksam drdvamha, brahmawanitwa ksatrawani sajata, wahyu dadhami bhratrwyasya wadhyaya. Terjemahan Tuhan yang maha suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar, bimbinglah hamba dari kegelapan menuju cahaya pengetahuan yang terang, lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi, Tuhan yang maha suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada diri hamba nafsu. Hamba menyadari bahwa engkaulah yang berada dalam setiap insani Jiwatman, menolong orang terpelajar, pemimpin negara dan para pejabat. Hamba menuju Engkau semoga melimpahkan anugerah kekuatan kepada hamba Ngurah, IGM. dan Wardhana, IB. Rai. 2003 7 – 17. Demikian dapat diuraikan beberapa bentuk-bentuk Yantra, Tantra dan Mantra yang dipergunakan dalam praktik kehidupan berdasarkan ajaran agama Hindu dalam tulisan ini. Menjadi kewajiban umat sedharma untuk mempraktikkannya, sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat diwujudkan dengan baik damai. D. Cara Mempraktikkan Ajaran Yantra, Tantra dan Mantra 1. Tantra Tantra atau yang sering disebut tantrisme adalah ajaran dalam agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. “Tantra adalah bagian dari Saktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu Semesta. Dalam proses pemujaannya, para pemuja Sakta tersebut menggunakan mantra, yantra, dan tantra, yoga, dan puja serta melibatkan kekuatan alam semesta dan membangkitkan kekuatan kundalini. Bagaimana praktik ajaran tantra, berikut ini dapat dipaparkan, antara lain; 1. Memuja shakti. Tantra disebut Shaktiisme, karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah shakti. Shakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. Shakti adalah simbol dari bala atau kekuatan Shakti is the symbol of bala or strength’ Pada sisi lain shakti juga disamakan dengan energi atau kala This sakti or energi is also regarded as “Kala” or time’ Das Gupta, 1955 100. Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada shakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau kegiatan rohani dari Shakti dan Siwa. Tantra juga mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada Shakti Ibu Semesta, misalnya Devi Durga, Devi Kali,Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraParwati, Laksmi, dan sebagainya, sebagai aspek Tuhan Yang Tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari kebodohan, dan mencapai pembebasan. Dengan demikian Tantrisme lebih sering didefinisikan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk shakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati, maupun antara Buddha dan Devi Tara. 2. Meyakini pengalaman mistis. Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu koheren, tetapi tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktik dan gagasan yang memiliki ciri utama penggunaan ritual, yang ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat duniawi mundane. Untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang rohani supra-mundane, serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur mikrokosmos dengan unsur makrokosmos perlu diupayakan. Praktisi tantra memanfaatkan prana energi semesta yang mengalir di seluruh alam semesta termasuk dalam badan manusia untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya. Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran seorang guru yang mahir untuk membimbing kemajuan siswa tantra. 3. Simbol-simbol erotis. Dalam perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbol simbol material termasuk simbol-simbol erotis. Tantra sering kali diidentikkan dengan ajaran kiri yang mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan makan daging. Padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan pantangan mabuk- mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam meniti jalan tantra. Beberapa orang Indolog beranggapan bahwa ada hubungan antara Konsep-Devi Mother Goddes yang bukti-buktinya terdapat dalam suatu zeal di Lembah Sindhu sekarang ada di Pakistan, dengan Konsep Mahanirwana Tantra. Konsep ini berpangkal pada percakapan Devi Parwati dengan Deva Siva yang menguraikan turunnya Devi Durga ke Bumi pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku. 4. Penyelamat dunia dari kehancuran. Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Dari sinilah pada mulanya muncul istilah “candi” candikaghra untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebutPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrakalimosada. Kalimosada Kali-maha-usada, yang artinya Devi Durga adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi Beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Seiring pendistorsian ajaran Hindu di Indonesia. Apakah kalimosada Kalimat Syahadat’. 5. Mewarnai kebudayaan dan keagamaan. Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-prakteknya dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kono itu telah hilang dan sebagian lagi tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga kerahasiaan Tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi. Ada beberapa jenis kitab yang memuat ajaran Tantrayana, yaitu antara lain Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara, dsb. Dalam perkembangannya, praktek tantra ini juga selalu mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan prasasti, candi dan arca-arca bercorak tantrik. Karakteristik tantrisme di India secara alami ajaran-ajarannya yang berpedoman pada Weda, mengalir ke Indonesia. Konsekuensinya, bahwa ajaran-ajaran Tantra yang bersumber pada Weda, di Indonesia berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh para pengikutnya. 2. Yantra Yantra adalah sarana dan tempat memusatkan pikiran. Adapun unsur-unsur sebuah yantra adalah Titik bindu, garis lurus, segitiga, lingkaran, heksagon persegienam, bujur sangkar, bintang pentagon, garis melintang, svastika, bintang segi enam star heksagon, dan padma yang untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut 1 Bindu titik. Titik adalah yang meresapi semua konsep ruang, setiap gerakan, setiap bentuk, dapat dipahami sebagai terbuat dari titik-titik. Ruang alam, ether, merupakan tempat, yaitu kemungkinan penegasan tempat- tempat tertentu atau titik-titik. Yang meresapi segala, yang terbentang merupakan titik secara matematik merupakan ekspresi dari sifat eter. Titik dapat juga menggambarkan keterbatasan perbedaan yang satu eksistensi atau asal manifestasi yang satu dengan yang lainnya. Ketika sesuatu eksistensi dalam tingkat tidak termanifestasi menjadi bermanifestasi, maka manifestasi mulai di berbagai tempat, dalam beberapa titik di ruang angkasa, dalam beberapa titik waktu. Dan hal itu mesti terjadi secara spontan yang pada mulanya sesuatu tidak muncul dan selanjutnya menampakkan diri dalam suatu lokasi. Spontanitas pertama ketika sesuatu belum menampakkan diri dan kemudian muncul dengan cukup digambarkanPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantramelalui titik, yang bisa dijelaskan sebagai “suatu manifestasi yang terbatas”. 2 Garis lurus. Ketika sebuah titik bergerak secara bebas dalam atraksinya yang abadi, gerakannya itu berbentuk garis lurus. Garis lurus dipakai untuk menggambarkan gerakan yang tiada merintangi, demikianlah prinsip dari semua perkembangan. 3 Segitiga. Perkembangan dipadukan untuk bangkit atau sebuah gerakan ke arah atas dapat digambarkan dengan sebuah anak panah atau lidah api. Segitiga dengan pucaknya ke atas melambangkan api, diidentifikasikan dengan prinsip laki-laki, lingga atau phallus, simbol Siva, leluhur atau manusia kosmos purusa. Segala gerakan ke atas adalah sifat dari unsur api, aktivitas mental dalam bentuknya yang halus. Simbol bilangannya adalah nomor 3. Segitiga dengan puncaknya ke bawah menggambarkan kekuatan kelembaman yang di tarik ke bawah, dan tendesi aktivitas menekan. Hal ini disosiasikan dengan unsur air, yang tendensinya selalu ke bawah, merata pada levelnya. Hal ini merupakan aspek pasif dari ciptaan dan hal ini pula dilambangkan dengan yoni’ atau organ wanita, yang merupakan lambang dari Energi sakti atau sifat Kosmik prakrti. Simbol lainnya diasiosasikan dengan unsur air adalah lengkung dari sebuah lingkaran, bulan sabit dan gelombang. Angka bilangan yang menjadi simbolnya adalah angka 2. 4 Lingkaran. Gerak dari lingkaran muncul melalui revolusi planet-planet. Hal ini merupakan simbol dari semuanya kembali lagi, semua siklus, semua irama, yang membuat kemungkinan adanya eksistensi. Gerakan melingkar adalah kecenderungan sifat rajas berputar yang merupakan sifat dari manifestasi yang dapat dimengerti. Pusat lingkaran, bagaimanapun, dapat melambangkan ciptaan yang dapat ditarik ke dalam, energi yang bergelung, yang ketika dibangkitkan, mengantarkan semua mahluk dapat menyeberangi ruang dan bentuk manifestasi dan mencapai tingkat kebebasan. 5 Persegi Enam Hexagon. Lingkaran kadang-kadang dijadikan sebuah unsur dari sebuah udara, meskipun secara konvensional simbol untuk udara adalah persegi enam hexagon. Gerakan merupakan sifat dari udara, namun gerakannya tidak teratur kacau, gerakannya yang banyak di gambarkan melalui perkalian dari angka primer 2 dan 3, yang merupakan bilangan alami yang tidak bernyawa. 6 Bujur sangkar. “Gerakan perpanjangan yang dihubungkan dengan banyak sisi. Di antaraPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantrafigur banyak sisi satu dengan unsur yang sangat sedikit bagian dari segitiga adalah bujur sangkar. Bujur sangkar dijadikan lambang bumi. Bujur sangkar ini melambangkan unsur bunyi” Devaraja Vidya Vacaspati, “Mantra-Yantra-Tantra, seperti dikutip Danielou, 1964 353. Angka bilangan yang merupakan simbul bumi adalah 4. 7 Bintang Pentagon. Segala kehidupan yang tidak bernyawa dipercaya diatur dengan angka bilangan 3 dan dikalikan 2 dan 3. Kehidupan, sensasi, permunculan hanyalah ketika nomor 5 menjadi sebuah komponen di dalam struktur segala sesuatu. Nomor 5 diasosiasikan dengan Siwa, Leluhur umat segalanya, sumber kehidupan. Bintang diasosiasikan dengan cinta dan nafsu seperti halnya kekuatan untuk memisahkan. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dari yantra-yantra yang bersifat magis. 8 Tanda Tambah. Ketika titik berkembang dalam ruang mengarah ke 4 jurusan, terjadilah tanda tambah. Tanda ini merupakan simbul dari perkembangan titik di dalam ruang seperti halnya juga pengkerutan reduksi ruang menjadi satu ke titik tengah. Hal ini menunjukkan bahwa satu kekuatan bisa berkembang berlipat ganda. Di Bali tanda tambah ini disebut “tapak dara”, tanda bekas diinjak burung merpati, digunakan untuk mengembalikan keseimbangan magis. 9 Svastika. Pengetahuan yang Transcendent dikatakan “berliku-liku” karena pengetahuannya tidak langsung dapat dipahami, di luar lingkup logika umat manusia. Tanda tambah yang sederhana tidak hanya menggambarkan reduksi ruang menuju satu kesatuan, tetapi juga lapangan manifestasi yang dari titik pusat, bindu, simbol eter, mengembang ke 4 arah mata angin dan 4 unsur yang nampak. Hal ini, bagaimanapun, tidak benar dilihat dari pandangan kedewataan yang luhur, yang tidak dapat diambil sedemikian rupa dalam satu kesatuan. Hal ini diperlihatkan dengan cabang berliku dari kemurahan svastika, yang bagaimanapun dihubungkan dengan titik pusat material, saat ini titik tidak dapat ditentukan luas ruang angkasa. 10 Bintang Segi Enam Hexagon. Bintang segi enam hexagon atau kenyataannya dalam bentuk dodecagon adalah salah satu unsur yantra yang sangat umum. Dibuat dari dua segi tiga yang saling tembus penetrasi. Kita dapat melihat segi tiga yang puncaknya menghadap ke atas menggambarkan Manusia Kosmos purusa dan segi tiga yang ujungnya ke bawah merupakan Sifat Kosmos prakrti. Ketika bersatu dan dalam keadaan seimbang, keduanya berbentuk bintang “segi enam” hexagon, merupakan basis dari roda cakra simbol tedensi ketiga atau tedensi rajas dari padanyaPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantraalam semesta menampakkan diri. Lingkaran yang mengelilingi bintang segi enam menggambarkan lapangan bersatunya kedua segitiga itu, dan hal itu merupakan ruang dari waktu. Ketika kedua segitiga itu dipisahkan, alam semesta hancur, waktu melenyapkan segala yang ada. Hal ini ditunjukan dengan bertemunya dua ujung segitiga atas dan segitiga bawah pada satu titik bentuk haurglass, kendang damaru Sang Hyang Siva. 11 Bunga Padma. Segala simbol-simbol bilangan menggambarkan kesatuan tertentu yang ditunjukkan di dalam yantra sebagai bunga yang bentuknya bundar yang disebut bunga padma, Ada beberapa jenis Yantra yang utama, yang dapat kita kenal dalam praktiknya dimasyarakat, antara lain sebagai berikut 1. Yantra-raja raja Yantra. Raja dari yantra digambarkan di dalam Mahanirvana Tantra. “Gambar segi tiga dengan di tengah-tengahnya ditulis bija mantra Hrim wujud ilusi. Di luarnya digambarkan dua lingkaran, yang pertama mengelilingi segi tiga, dan yang ke dua melingkari lingkatan yang pertama. Antara lingkaran yang pertama dengan yang kedua dibagi enam belas dengan tanda kawat pijar, dan delapan daun bunga padma masing-masing selembar diantara gambar dua kawat pijar tersebut. Di luar lingkaran yang paling luar adalah kota yang sifatnya Kebumian, yang akan langsung membuat garis lurus dengan empat pintu masuk dan penampilannya akan menyenangkan. Di dalam acara yang menyenangkan para dewata, penyembah akan menggambar yantra, apakah terbuat dari jarum emas atau duri kayu bell bila atau dengan potongan emas, atau perak, atau tembaga yang telah diurapi dengan svayambhu, kunda atau bunga gola, atau tepung cendana, harumnya daun gaharu, kumkuma atau tepung cendana merah yang dibuat seperti paste Mahanirvana Tantra Tujuan dari yantra ini untuk menciptakan hubungan dengan dunia supranatural. Dengan bantuan-Nya, penyembah mendapatkan semua pahala kedunawian dan kekuatan supranatural. Di dalamnya adalah yantra dengan karakter Hrim, sebagai lambang dari Devi keberuntungan Laksmi. Di luarnya terdapat segitiga yang berapi-api yang menuju gerakan ke atas dari energi yang bergelung Kundalini. Enam belas kawat pijar menggambarkan pencapaian kesempurnaan 16 adalah angka yang sempurna, delapan kelopak bunga terataiPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantramenggambarkan yang meresapi segala menuju ke atas, yang tidak lain adalah Wisnu. Lingkaran luar adalah penciptaan, bundaran yang bergerak dari padanya segala sesuatu lahir. Kekuatan mengatasi dunia yang nampak diperlihatkan dengan persegi empat bujur sangkar, simbol bumi. Di empat sisi adalah 4 pintu yang mengantarkan seseorang dari alam duniawi ke alam atas spiritual. Ke utara yakni sebelah kiri adalah pintu menuju Deva-Deva devayana. Keselatan yakni sebelah kanan menuju kealam leluhur pitrayana, ke Timur sisi atas jalan menuju ke Surya kepanditaan, dan ke Barat sisi bawah adalah jalan keagungan, jalan menuju penguasa air Varuna. Empat pintu tersebut mengantar ke empat penjuru angin, membentuk tanda tambah, simbol keuniversalan. Tanda tambah berkembang menjadi dua buah svastika yang menunjukan bahwa ada dua jalan utama, yaitu kiri dan kanan. 2. Yantra-Sarvatobhadra Yantra penjaga seluruh penjuru Yantra ini dijelaskan di dalam kitab Gautamiya Tantra 108. Yantra ini dikatakan saran untuk dapat memenuhi semua keinginan, sekarang dan yang akan datang, di dunia nyata dan di dunia yang gaib. “Namanya, berarti bujur sangkar yang rata”, dan juga berarti kendaraan Deva Wisnu. Menunjukkan keadaan yang seimbang antara aktivitas dan istirahat, keterikatan dan penyangkalan. Ia yang dari segala sisi seimbang dengan dirinya, di dalam atau di luar, kesuburan dan buah yang dihasilkan. Ia yang dengan teguh duduk dalam kereta hidupnya, dijaga dari segala sisi, sempurna dari seluruh sisi, bebas dari bencana Danielou 1964356. Yantra ini terdiri dari 8 bujur sangkar setiap sisinya, oleh karenanya adalah Wisnu Yantra, berhubungan dengan sikap sattvam, jalan kanan. 3. Yantra-Smarahara pengusir keinginan Uraian tentang Yantra ini dijelakan dalam kitab Syamastava Tantra, sloka 18, dibentuk dari 5 buah segi tiga, merupakan Siwa yantra, angka 5 berhubungan dengan sebagai bapak dan dasar pemusnah. Segi tiga yang melambangkan lingga yang tajam, phallusapi. “Melalui kekuatan yantra ini, seseorang dapat menundukkan nafsu Kama. Seorang sadhaka yang menggapai pelajaran ini senantiasa dijaga dengan baik, tidak ada musuh yang mendekatinya, musuh yang menggunakan senjata nafsu seks, kemarahan,Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantraketamakan, khayalan, penderitaan dan kekuatan. hal ini merupakan instrumen untuk menyelesaikan kekuatan magis dan para penyembah dapat pergi kemana saja dengan menyenangkan dan juga ke dunia yang lain tanpa menemukan halangan. Sesungguhnya yantra ini menolong seseorang untuk memadamkan kekuatan nafsu seks dan khayalan hidup” Danielou, Mengusir keinginan digunakan untuk menghancurkan musuh abadi seperti juga halnya seseorang menaklukan dirinya sendiri. Digunakan juga sebagai alat ilmu hitam dijelaskan di dalam kitab Yantracintamani 4. Yantra-Smarahara bentuk yang ke-2 Yantra ini adalah yantra smarahara dalam bentuknya yang lain bentuk ke 2, dijelaskan di kitab Kali Tantra. “Ini juga yantra 5 segi tiga, tetapi berada di dalam yang satu dan yang lain. Dua segi tiga adalah lambang wanita satu ujungnya mengahadap ke atas berair, tiga buah segi tiga lainnya adalah lambang laki-laki satu ujungnya menghadap ke bawah berapi. Setiap tindakan manifestasi-Nya adalah sebagai pengganti api dan upacara persembahan, melalap dan dilalap, laki-laki dan wanita. Yantra ini adalah benar-benar lampiran kulit berturut-turut yang menutupi roh individu yang menjadikan mahluk hidup. Lingkaran dalam adalah energi yang bergelung kundalini yang bila dibangunkan, akan naik melintasi 5 angkasa manifestasi ke dalam maupun ke luar. Lingkaran luar menunjukkan kekuatan kreatif dari api yang membangkitkan untuk bermanifestasi di tengah-tengah air di samudra purba. Delapan kelopak daun bunga teratai adalah prinsip pemeliharaan alam semesta, Juga adalah Wisnu yang secara stabil memanifest di bumi. Di luar itu bujur sangkar, bumi, dengan 4 buh pintu dan dua buah svastika. 5. Yantra-Mukti Yantra untuk mencapai kebebasan Yantra ini dijelaskan dalam kitab Kumarikalpatantra. Dibuat dari bujur sangkar, dan sebuah segi tiga yang tajam, sebuah segi tiga yang berair, sebuah segi enam dan sebuah lingkaran, di dalamnya terdapat satu yang lain. seluruhnya dikelilingi persegi delapan dan sebuah bujur sangkar dengan 4 pintu. Di tengah-tengah adalah Bija Maya Hrim menunjukkan prinsip yang lain yang mana setiap mahluk hidup dapat menguasainya untuk mencapai tujuannya yakni mencapai kebebasan. 6. Yantra Sri Cakra Yantra untuk memperoleh keberuntunganPendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraSri Cakra atau roda keberuntungan, yang melambangkan Devi Ibu Alam Semesta, salah satu yantra yang utama digunakan untuk menghadirkan para dewata. 7. Yantra Ganapati Yantra untuk memperoleh perlidungan Ganapati yantra merupakan titk-titik untuk identitas dari makro dan mikro kosmos. 8. Yantra Visnu Yantra untuk memperoleh kemakmuran Visnu yantra diekspresikan dengan meresapi segalanya dan sifat sattva, sifat menuju kearah atas. Berdasarkan jenisnya yantra tersebut memiliki fungsi masing-masing. Adapunfungsi dari masing-masing yantra tersebut, antara lain a. Yantra-raja berfungsi sebagai yantra yang tertinggi, memenuhi segala permohonan. b. Yantra Sarvatobhadra berfungsi untuk mengamankan lingkungan atau tempat tinggal. c. Yantra Smarahara berfungsi untuk melenyapkan keinginan, terutama ketika melakukan meditasi. d. Yantra Mukti berfungsi sebagai penuntun bagi seseorang untuk mencapai moksa kelepasan. e. Yantra Sri Cakra berfungsi utuk memperoleh keberuntungan. f. Yantra Ganapati berfungsi untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan. g. Yantra Visnu berfungsi untuk memperoleh kemakmuran. Langkah-langkah pendahuluan ditetapkan sebelum melakukan pemujaan melalui yantra, atau pratima. Pertama, pemuja harus memusatkan pikiran kepada dewata, lalu di- nyasa-kan di dalam diri sendiri. Selanjutnya dewata itu di-nyasa-kan ke dalam yantra. Ketika dewata sudah bersthana di dalam yantra, prana dewata itu telah merasuk ke dalamnya dengan prana pratistha, mantra dan mudra. Dewata saat itu telah bersthana di dalam yantra, yang menjadikan yantra itu tidak lagi sekedar benda mati, tetapi setelah upacara ritual, diyakini oleh sadhaka dan buat pertama kaliya Ia disambut dan dipuja. Mantra itu sendiri adalah dewata dan yantra adalah jasad dari dewata yang adalah tidak lain mantra Avalon, 1997 95. 3. Mantra Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraTidak terhitung jumlahnya mantra. Semua sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab suci Weda adalah mantra. Walaupun demikin banyak jumlahnya, mantra-mantra itu dapat dibedakan menjadi 4 jenis sesuai dengan dampak atau pahala dari pengucapan mantra, antara lain ; 1. Siddha, yang pasti berhasil. 2. Sadhya, yang penuh pertolongan. 3. Susiddha, yang dapat menyelesaikan. 4. Ari, musuh Visvasara. “Siddhamantra memberikan pahala langsung tidak tertutupi dengan waktu tertentu. Sadhyamantra berpahala bila digunakan dengan sarana tasbih dan persembahan ritual. Susidhamantra, mantra tersebut pahalanya segera diperoleh, dan Arimantra, menghancurkan siapa saja yang mengucapkan mantra tersebut Mantra Mahodadhi, 24, 23. Mantra-mantra tersebut akan berhasil siddhi sangat tergantung pada kualitas kesucian dari pemuja, dalam hal ini orang yang megucapkan mantra tersebut Danielou, 1964 338-349. Membaca mantra bermanfaat dalam proses pembinaan spiritual, dan sekaligus menerima berkah dari para mahluk suci. Seperti halnya pembinaan spiritual lainnya, membaca mantra mempunyai berbagai macam tingkatan tergantung dari tingkat kehidupan spiritual masing masing para pembacanya. Berikut dapat diuraikan “tata cara singkat membaca Mantra Suci” sebagai berikut; Kedua tangan harus dibersihkan dengan air bersih; Mulut harus dikumur bersih dengan air bersih; sebaiknya meminum segelas air putih bersih; Jika memungkinkan ambil posisi lotus meditasi; Ambil nafas dalam-dalam hingga keperut, lalu hembuskan perlahan-lahan hingga habis. Ulangi 3x; Katupkan kedua ibu jari dengan posisi menempel dekat dengan ulu hati, atau bila mempergunakan mala’ letakan mala ditangan kiri, pegang dengan 4 jari kecuali ibu jari; Bayangkan kehadiran mahluk suci dihadapan kita memancarkan sinar hingga menyinari seluruh tubuh kita; Ibu jari lalu menarik satu butir mala kedalam sambil mengucapkan mantra dalam hati, dan seterusnya hingga beberapa putaran mala. Lakukanlah...! Perlu diketahui, diperhatikan dan dilaksanakan dengan sungguh- sungguh; 1. Bagi para pemula, jangan membaca mantra terlalu cepat. 2. Jaga irama tempo yang seirama, sehingga dapat dihayati maknanya satu persatu. Usahakan jangan berhenti ditengah putaran mala, selesaikan dahulu putaran mala hingga tuntas. Semoga berhasil dengan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan MantraDAFTAR PUSTAKADwaja, I Gusti Ngurah, Dkk. 2018. Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti Kelas XII Tantra, Yantra dan Mantra Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 213034 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7dea12ba76b903 • Your IP • Performance & security by Cloudflare

manfaat tantra yantra dan mantra